Minggu, 18 September 2011

permasalan pokok pendidikan


Masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu di proritaskan penangguulangannya. Masalah yang di maksud yaitu:
·         Masalah pemerataan pendidikan .
·         Masalah mutu pendidikan.
·         Masalah efisiensi pendidikan.
·          Masalah relevansi pendidikan
Keempat masalah tersebut akan di bahas secara berturut-turut pada bagian berikut ini.
1.      Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaa nasional, pendidikan nasional di harapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara indonesia untuk memperoleh pendidkan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan  kesempatan yang seluas-luasnya kepada selurah warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang  tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitaspendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah  kita pemerataan pendidikan itu telah di nyatakan di dalam undang-undang No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidkan dan pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga negara republik indoonesia mempunyai hak yang sama untuk di terima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang di tetepkan untuk pendidikan pada sekolah itu di penuhi.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagi landasan pelaksanaan upata pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan. Bagaimana gambaran dunia pendidikan kita pada masa penjajahan dengan masa sesudah kemerdekaan dapat di lihat pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini:
Tabel 1
Keadaan sekolah dan murid tahun 1940
Dan tahun 1955 di indonesia
 
sekolah
tahun
Tahun
Murid
Tahun
Tahun

39/40
54/55

39/40
54/55
STK
-
511
STK
-
34.433
SR
18091
33112
SR
221.990
7.409.361
SMP
114
3593
SMP
21875
533.246
SMA
31
28
SMA
45O1
109.188
ST
5 fak
62 Univ
ST
1693
25.387

Pemacahan masalah pemerataan pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang di lakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangkka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah yang di tempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.

Cara konvensional antara lain:
a.       Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b.      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift  (sistem bergantian pagi dan sore).

Sehubungan dengan itu yang perlu di galakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/kelurga yang kurang mampu  agar mau menyekolahkan anaknya.

Cara inivatif antara lain:
a.       Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau infacts System (intructional Management by parent,Community, and teacher). Sistem tersebut  di rintis di solo dan dideseminasikan ke beberapa provinsi.
b.      SD  kecil pada daerah terpencil.
c.       Sistem guru kunjunng.
d.      SMP terbuka (issoa – in scholl out off scholl approach)
e.       Kejar paket A dan B
f.       Beljar jarak jauh, sepereti universitas terbuka.

2.      Masalah mutu pendidikan  
Mutu pendidikan di permasalahkan  jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang di harapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama di lakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenagaterhadap calon iuran, dengan sistem sertifikasi
jadi mutu pendidikan pada akhirnya di lihat ppada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional di jadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan bertanggung jawab, warga negara yan cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial. Dengan kata lain apakah keluaran itu mewujudkan diri sebagai manusia –manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas iuran seperti itu di sebut nurturant effect.  
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Di dalam tap MPR RI 1988 tentang GBHN di nyatakan bahwa titik berat ppembangunan pendidikan di letakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih di sempurnakan dan di tingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. (BP-7 Pusat 1989:68).

Pemecahan masalah mutu pendidikan   
upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
a.       seleksi yang lebih rasional tehadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
b.      Pengembangan kemampuan tenaga pendidik melalui studi lanjuk,misalnya berupa pelatihan , penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi sepereti  PKG dan lain-lain.
c.       Penyempurnaan kurikulum , misalnya dengan memberi materi yanhg lebih esensial yang mengandung muatan lokal   , metode yang manentang daan menggairahkan belajar , dan melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP
d.      Keguiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan- kegiatan
·         Laporan penyelenggaraaan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
·         Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik  dan pengawas .
·         Sistem ujian nasional / negara seperti ebtanas , Sipenmaru/ UMPTN
·         Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapakan suatu lembaga

3.      Masalah efisiensi pendidikan
Beberapa masalah efesiensi pendidikan yang  penting ialah :
·         Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
·         Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
·         Bagaimana pendidikan diselenggarakan
·         Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4.      Masalah relevansi pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang di nyatakan  tersebut cukup ideal jika di kaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut:
·         Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
·         Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai, yang ada adalah siap kembang.
·         Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat di gunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.

 Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing di katakan teratasi jika pendidikan:
1)      Dapat menyediakan kesempatan pemerataan bvelajar, artinya : semua warga negara yang butuh pendidikan dapat di tampung dalam suatu satuan pendidikan.
2)      Dapat mancapai hasil yang bermutu, artiinya: perencanaan, pemrosesan, pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
3)      Dapat terlaksana secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuuai dengan rancangan dan tujuan yang di tuliskan dalam rancangan.
4)      Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil prendidkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Ada dua faktor yang dapat di kemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat di usahakan pada saat demikian:
·         Gerakkan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memrlukan penghimpunan dan pergerakan dana dan daya.
·         Kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikain mempersulit upaya  penimngkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten,kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar